Rabu, 29 September 2010

Cinderella Sister Episode 14

Ki-hoon berdiri di sisi tempat tidur ayahnya. Dia bertanya pada ayahnya apakah ayah tidak mau membiarkan saja semuanya – perang dan permusuhan keluarga. Ki-ho mengira ayah pingsan akibat mendengar kata2nya. Ayah mungkin ingin memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Ki-hoon – sebuah hubungan yang nyata. ki-hoon berkata kalau ayah memang menginginkan itu maka ayah harus meninggalkan semuanya dan tinggal di rumah yang sederhana bersamanya dimana mereka bisa pergi memancing berdua.


Dan kalau ada kesempatan, Eun-jo mungkin akan memaafkannya. Ki-hoon mungkin akan membawa gadis keras kepala sebagai menantu ayah dimana ayah bisa membesarkan anak mereka. Ayah menangkis semua perkataan Ki-hoon. Ayah akan mempertahankan semua uangnya. Ayah setuju untuk menyerah tapi Ki-jung tidak akan melepaskannya dan akan datang pula hari dimana Ki-jung akan memerlukan bantuan ayah.


Kang-sook meletakkan buku harian Dae-sung yang mengungkapkan betapa betapa cintanya pria itu padanya. Hyo-sun masuk ke dalam kamar itu mencoba untuk mendapatkan ketenangan dari ibu. Tapi kali ini, Kang-sook sedang tidak mood jadi dia melepaskan Hyo-sun begitu saja. Hyo-sun berkata pada ibu kalau hari ini dia sudah ditolak. Dia hanya ingin mencari kenyamanan tapi Kang-sook tidak dapat memberikannya.


Paman Jang menelpon Jung-woo untuk menjemput Eun-jo. Jang pergi dan Jung-woo dengan manis menyerahkan uang di kantongnya pada Jang serta menyuruhnya membeli sesuatu untuk dimakan. Eun-jo gemetaran di kuris belakang dan Jung-woo mengantarnya pulang ke rumah. Eun-jo tidak menghiraukan bantuan Jung-woo dan berjalan ke dalam rumah seperti zombie. Dia lalu memandangi ibu dengan tatapan khasnya. Tapi ibu masih duduk di tempatnya – seperti patung.

Eun-jo pergi ke kamarnya dimana Hyo-sun sedang menunggu. Hyo-sun bertanya apakah Eun-jo tidak akan bermain dengannya. Eun-jo terlihat seperti seorang kakak. Tapi Hyo-sun mulai memberitahunya kalau hari ini dia ditolak oleh pria yang dia suka. Hyo-sun mencoba tersenyum di tengah2 tangisnya tapi berkata kalau hatinya seperti dicabik-cabik. Eun-jo mendesah dan air mata mengalir di pipinya.

Eun-jo memanggil Jung-woo dari luar kamar pria itu dan Ki-hoon mendengar panggilan ini. Ki-hoon memberengut sebab Jung-woo yang dipanggil. Tapi ternyata, Eun-jo memanggil Jung-woo untuk membawa Ki-hoon keluar dari kamarnya. Eun-jo dan Ki-hoon kemudian berakhir di hutan… berdua. Mereka mengobrol.


Eun-jo memaki Ki-hoon karena ‘mengabaikan’ Hyo-sun pada saat2 seperti ini. Pada saat dimana dia hanya bergantung pada seutas benang. Eun-jo mengingatkan Ki-hoon kalau Ki-hoon sudah berjanji padanya kalau dia akan menjaga Hyo-sun, untuk menjaganya di tempat yang seharusnya diisi Eun-jo. Eun-jo mengulangi apa yang dia katakan pada ibunya – Hyo-sun lebih baik memiliki saudara dan ibu yang membencinya ketimbang tidak memiliki siapa2. Eun-jo: “Hyo-sun hanya punya satu orang di dunia ini. Apakah orang itu harus melakukan ini padanya?” Ki-hoon mendengarkan dengan tenang dan berikutnya, dia memuntahkan semua isi hatinya.


Ki-hoon: Apa kau sudah selesai? Dengan kata2mu yang berlebihan? Apa aku harus menerima Hyo-sun? Anak yang tidak pernah menjadi wanita bagiku, menyukaiku, jadi aku harus menerimanya dengan kesalahan? Apa aku tidak diharapkan untuk mempunyai perasaan atau pikiran? Kenapa? Karena aku berhutang pada paman (Dae-sung)? Haruskah aku menerimanya untuk membayar hutang? Apa begitu caramu membayar hutangmu, kau sialan? Cukup. Hentikan ini. Apa kau serius pada apa yang kau ucapkan? Sejujurnya, apa kau serius? Apa itu adalah hal yang ingin benar2 kau katakan padaku? Jika aku mengatakan padamu: ‘aku salah. Aku akan menerima Hyo-sun.’ Lalu apa yang akan kau lakukan? Apa itu yang ingin kau dengar? Sejujurnya? Apa itu yang benar2 kau rasakan?

Eun-jo berteriak balik, “Apa perasaanku yang sebenarnya?” Ki-hoon menjawab, “Kau tahu itu!” Eun-jo menantang Ki-hoon, “Apa?!” Ki-hoon kembali berujar, “Kau… aku…” Ki-hoon mendekat dan menarik tangan Eun-jo. Dia menarik Eun-jo lebih dekat dan berkata, “Kau hanya berusaha dan mengatakan kata2 itu padaku lagi. Jika kau mengatakannya lagi, aku akan sibuk sekali dengan pikiran untuk menyerah. Ayo lupakan semua itu. Kebaikan paman, hutangku, aku akan melepaskan semuanya. Yang aku butuhkan hanyalah kau. Jika aku memilikmu maka aku akan melupakan semua hutangku… dan hidup.”


Ki-hoon bertanya pada Eun-jo apakah Eun-jo ingin agar dia bersama Hyo-sun – dan air mata mulai jatuh dari mata Ki-hoon. Eun-jo akhirnya memecah kebekuannya dan membiarkan dirinya menangis. Ki-hoon memeluk Eun-jo. Dia memegang Eun-jo erat sekali dan mereka berdua menangis. Ki-hoon berkata, “Kita tidak bisa Eun-jo. Semuanya sudah terlambat. Kita tidak bisa. Aku tahu kau tidak mengerti, tapi kita tidak bisa. Aku marah seperti orang gila tapi kita tidak bisa.”

Eun-jo melepaskan dirinya dari Ki-hoon dan meminta Ki-hoon untuk memikirkan ulang saudari tirinya. Dia menambahkan, “Kalau Hyo-sun bertambah sedih, aku rasa aku tidak akan sanggup menanganinya lagi.” Keesokan paginya, Eun-jo berangkat ke Jepang untuk melakukan uji coba pada mesin pembuat ragi yang baru. Dia bahkan bersikap baik pada Hyo-sun dan berjanji akan bermain dengannya begitu dia pulang nanti. Hyo-sun dan Ki-hoon menyaksikan kepergian Eun-jo dan ketika Hyo-sun berbalik untuk memandang Ki-hoon, dia melihat Ki-hoon memandang jauh ke arah Eun-jo. Di dalam mobil, Eun-jo juga memanfaatkan waktu yang ada untuk memandang Ki-hoon dan mengingat kejadian sebelumnya bersama Ki-hoon.


Sekelompok bibi datang ke rumah untuk mencari Kang-sook. Bibi pendeta ingin mencari selingan untuk diajak berkelahi. Bibi mencoba untuk mengusir Kang-sook karena dugaan perselingkuhan yang Kang-sook lakukan. Kang-sook memutuskan untuk menantang mereka untuk membuktikannya. Kalimat ini mengarah ke saling jambak, dorong, lengkap dengan vas pecah dan hidung yang berdarah.
Setelahnya, Kang-sook langsung menuju telpon untuk menelpon tetua kota yang lain dimana dia menangis bagaimana dia bersalah. Dia lalu menemui paman Hyo-sun – menantangnya bahwa tidak ada yang bisa mengeluarkannya dari rumah ini. Dia menggunakan Jun-su sebagai alatnya. Lalu, Kang-sook mengusir paman. Lagi.
Perusahaan beras datang dan membuat Hyo-sun dan Ki-hoon kaget. Dia datang untuk memastikan bahwa pengantarannya sudah sampai sebab dia memutuskan untuk menghormati permintaan Hyo-sun dan Ki-hoon. Ki-hoon tersenyum pada Hyo-sun, memujinya karena sudah menangani masalah beras sampai tuntas. Hyo-sun memandang Ki-hoon dengan tatapan aneh dan menyuruh Ki-hoon untuk menghentikan itu.


Hyo-sun: Jangan bicara begitu manis padaku. Aku tidak terlalu pintar, jadi itu benar2 membuatku bingung. Jika aku memikirkannya, sejak hari kau datang kesini, sampai hari kau secara resmi menolakku… selagi kau memarahiku karena bersikap kekanak-kanakan, memintaku untuk tidak bergantung padamu… kau sangat manis padaku seperti yang selalu kau lakukan. Meski dunia hancur, perasaan bahwa jika aku bergantung padamu maka semuanya akan baik2 saja… kau melakukan itu. Kau mendorongku ke ujung tebing… dank au bersikap baik padaku lagi… kau tidak bisa melakukan itu.
Hyo-sun mengirimkan Eun-jo sms dan di saat yang bersamaan, Hyo-sun mendapatkan E-mail dari Eun-jo. Kedua bersaudari ini saling mengirimkan berita kesuksesan mereka. Hyo-sun memgirim hasil itu ke lab dan dia menamai ragi itu ‘Dae-sung Ssakaro Myesis’. Hyo-sun berlari ke dalam rumah untuk mencari ibu tapi kemudian dia malah pergi ke tempat foto ayah – dia memberitahu ayah berita bagus ini. Hyo-sun berkata kalau unni sudah berhasil. Dan Eun-jo menamainya bukan dengan namanya sendiri tapi dengan nama ayah. Hyo-sun menangis karena bahagia sebab akhirnya bisa mencapai sesuatu atas nama ayah.
Hyo-sun bertemu dengan Dong-soo dan memberitahunya berita bagus itu selagi Dong-soo sedang sibuk mengetik. Hyo-sun bertanya apakah tidak apa bila Dong-soo membuat tulisan untuk perusaan Dae-sung sekali lagi di majalahnya. Dong-soo mengatakan kalau tulisan ini untuk blog-nya. Dia mengatakan pada Hyo-sun untuk tidak merendahkan netizem dan kekuatan internet. Dong-soo mengatakan kalau blog-nya punya lebih banyak pembaca ketimbang majalahnya. Bahkan dia menyebutkan namanya. Dong-soo memang selalu aneh. Hyo-sun pulang ke rumah untuk menyaksikan kekuatan internet. Dia disapa oleh fanclub-nya lengkap dengan tiruan iklan Hyo-sun.
Mesin untuk membuat ragi telah dikirim dari Jepang jadi ketika Eun-jo kembali mereka sudah bisa mulai membuat anggur beras dengan ragi Dae-sung. Sementara itu, Ki-jung sedang berusaha untuk menawar perusahaan Dae-sung dalam perjanjian dengan pedagang Jepang. Dia mencoba untuk memenangkan kembali pedagang yang dicuri oleh perusahaan Dae-sung.
Jung-woo bertanya pada Ki-hoon, “Bagaimana jika aku menikammu sekarang?” Ki-hoon tidak terlihat peduli dan mengatakan kenapa Jung-woo tidak memanfaatkan banyak kesempatan yang ada untuk melakukan hal itu. Ki-hoon berujar, “Karena Eun-jo, bukan? Adik laki2 seseorang, Han Jung-woo.” Ki-hoon berkata kalau semuanya sama saja baginya dan ketika perusahaan ini sudah mencapai suksesnya, tidak akan jadi masalah apa yang akan terjadi padanya. Ki-hoon menambahkan sambil tersenyum kalau Jung-woo masih membiarkannya hidup setelah itu, maka akan menjadi hal yang sangat menarik.
Hyo-sun memeriksa ibu yang malam ini sedang minum sendirian. Hyo-sun melihat keragu-raguan ibu untuk pertama kalinya – ibu mencurahkan kesedihan dan kematiannya setelah kematian Dae-sung. Bagi Hyo-sun, melihat orang lain dalam keluarganya berduka atas kematian ayahnya – yang hal ini disembunyikan oleh Eun-jo – membuat tembok diantara mereka hancur.
Ibu mengutip kata2 dari diari Dae-sung tentang Hyo-sun dan mengatakan kalau dia membacanya berulang-ulang sampai matanya kabur. Hyo-sun meminta pelukan ibu. Kang-sook bertanya, “Apa kau putri pria itu? Putri pria bodoh itu? Jika dia begitu takut hidup tanpaku, kenapa dia meninggalkanku sendiri tanpa dirinya?” Hyo-sun mencari tangan ibu lalu meletakkannya di kepalanya dan meminta ibu untuk memanggilnya ‘sayangku’ hanya satu kali saja. Ibu mengelus rambut Hyo-sun sambil menangis. Ibu menuruti kemauan Hyo-sun dan akhirnya memberikan Hyo-sun kasih sayang yang benar2 dia cari selama ini.
Eun-jo kembali dari Jepang dan terlihat lebih buruk dari biasanya. Dia mengabaikan protes Jung-woo bahwa mereka harus pergi ke rumah sakit. Mereka tiba di gudang anggur tepat waktu untuk mendengarkan berita buruk. Ki-hoon baru saja mendapatkan telpon dari pembeli Jepang kalau mereka membatalkan penyewaan mesin dan pemesanan anggur beras. Eun-jo pingsan mendengarkan berita ini.
Ki-hoon mengangkat Eun-jo dan mendorong Jung-woo. Dia ingin mengatarkan Eun-jo semdiri ke rumah sakit. Eun-jo terbangun dan mencoba mengatakan kalau dia baik2 saja. Sementara itu, Hyo-sun menelpon pembeli Jepang untuk tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia lalu pergi ke musuh yang mengambil kesempatan besar dari depan hidungnya… Hong Ki-jung.
Mereka bertemu. Hyo-sun belum mengatakan apa2 tapi Ki-jung sudah menjatuhkannya dan membuatnya merasa sebagai orang tolol dan tidak berpengalaman. Ki-jung mengumumkan kalau dia tidak tertarik bermain jujur. Dia sudah melakukan penawaran dan menang. Ki-jung berharap kalau Eun-jo yang akan datang sebab dia punya sesuatu yang akan dikatakan pada Eun-jo. Karena tahu kalau Hyo-sun adalah saudari yang termuda maka Ki-jung mengusirnya dengan sopan.
Malam itu, Hyo-sun memberitahu Ki-hoon kalau Hong Ju yang merampas peluang mereka. Ki-hoon ketakutan dan berkata, “Bagaimana kau… mengetahuinya?” Hyo-sun bertanya apakah Ki-hoon juga sudah tahu. Tapi Hyo-sun sama sekali tidak menaruh curiga apa2. Hyo-sun mengumumkan menyatakan perang dengan Ki-jung dan bersumpah akan menghancurkan pria itu. Hal ini memicu ketakutan yang lebih besar dari Ki-hoon bahwa Hyo-sun pergi sendiri menemui kakaknya yang jahat.
Hyo-sun membersihkan kamar ibu. Di saat yang bersamaan dia juga menjaga Jun-su. Dia menemukan buku harian ayah dan gembira karena mengenali itu sebagai tulisan ayah.
Eun-jo dan ibu pulang dari rumah sakit. Ibu bertanya bagaimana menurut Eun-jo kalau mereka diusir dari rumah ini besok. Eun-jo berkata kalau perjanjian itu lebih penting dan jika hal itu gagal, mereka harus pergi juga. Yang mengejutkan, Kang-sook tidak ketakutan mendengar berita ini.


Ibu pergi ke kamarnya dan menemukan Hyo-sun sedang dikelilingi oleh buku harian Dae-sung. Kang-sook memandangi Hyo-sun dengan tatapan kaget ketika Hyo-sun gemetar dan menengadahkan wajahnya pelan2 ke ibu.

Cinderella Sister Episode 13

Ki-hoon memukul-mukul pintu depan. Memanggil nama Eun-jo berulang-ulang dan siap untuk mengatakan semuanya pada Eun-jo. Di sisi lain, Eun-jo baru saja mencoba anggur beras yang membuatnya sedikit mabuk dan untuk itu dia tidur di dalam waktu Ki-hoon memanggil namanya. Dengan perlahan, Eun-jo bangun dan mendengar teriakan itu. Dia berjalan sempoyongan dan akhirnya keluar.


Tapi Jung-woo lebih dulu tiba disana dan membawa Ki-hoon ke dalam. Dia menyuruh Eun-jo untuk masuk karena Ki-hoon benar2 mabuk. Di kamar mereka, Jung-woo memandang Ki-hoon. Dari luar, Eun-jo memanggilnya sambil membawa dua nampan yang berisi dua gelas teh. Eun-jo berkata kalau minuman itu untuk Jung-woo dan Ki-hoon. Tapi Jung-woo tidak bodoh dan tahu minuman itu untuk siapa sebenarnya. Dia bertanya kenapa Eun-jo menyukai Ki-hoon.
Eun-jo menyindir Jung-woo dan memintanya untuk tidak bercanda. Jung-woo meraih tangan Eun-jo dan menariknya keluar dimana Jung-woo berusaha keras membuat Eun-jo sadar dari mabuknya. Tapi dia menyerah dan putus asa. Alasan kenapa Jung-woo marah ketahuan ketika dia mengingat kejadian beberapa saat yang lalu ketika dia membuka gerbang. Ki-hoon maju dengan tiba2 – Jung-woo membantunya berdiri – dan dia mengatakan semuanya pada Jung-woo sebab Ki-hoon menganggap Jung-woo sebagai Eun-jo.
Ki-hoon menumpahkan semuanya tentang keinginannya untuk mengambil alih dan menjadikan perusahaan Dae-sung sebagai bagian dari Hong Ju. Serta bagaimana Ki-hoon ingin mengembalikannya lagi pada Dae-sung. Akan tetapi, Dae-sung meninggal setelah mendengar Ki-hoon berbicara dengan kakaknya di telpon. Sekarang Jung-woo terbebani dengan informasi ini ketika dia melihat Eun-jo tapi tidak ingin memberitahunya. Dia tahu bagaimana perasaan kedua orang itu. Jung-woo bertanya apakah Eun-jo ingin tahu orang seperti apa Ki-hoon. Eun-jo memperingatkan Jung-woo untuk menjaga ucapannya – siapa Jung-woo hingga berani berkata demikian?


Eun-jo: Rasanya sakit ketika aku tidak melihatnya dan ketika aku melihatnya. Rasanya sakit kalau dia disini dan tidak disini. Sakit bila dia tersenyum padaku atau kepada orang lain. Sakit kalau dia memanggil namaku atau tidak. Selama aku tidak menghilang dari dunia ini, aku rasa aku akan terus merasa sakit, Jung-woo, tapi masih, berada disini lebih baik. Bisa melihatnya dan membencinya lebih baik daripada dia tidak disini.
Eun-jo mengatakan kalimat2 ini dengan suara parau dan seolah-olah dia berada di tempat yang jauh. Sekarang dia kembali ke masa kini dan memanggil Jung-woo ‘anak muda’. Eun-jo bahkan berkata, “Kau sudah dewasa, Jung-woo kita!” Setalah kalimat itu, Eun-jo berjalan sempoyongan kedalam rumah.


Keesokan harinya Ki-hoon bangun dan mendapati dirinya tidur di lantai. Ketika Ki-hoon bangun, Jung-woo meminta bicara dengannya dan bertanya kenapa Ki-hoon tidak memintanya untuk merahasiakan pengakuannya dari Eun-jo. Ki-hoon menjawab kalau itu karena dia harus mengatakannya. Jung-woo memukul Ki-hoon. Berani2nya dia mengatakan hal itu pada Eun-jo. Jung-woo berujar, “Jika kau mengatakan hal itu padanya, kakakku tidak akan bisa bernafas. Kau akan terbebas jadi pikiranmu bisa tenang. Lalu bagaimana dengan kakak? Apa yang terjadi padanya?” Jung-woo berteriak pada Ki-hoon, “Apa kau akan membunuh Eun-jo?!”
Ki-hoon memperingatkan Jung-woo untuk menutup mulutnya sebab dia sendiri yang akan memberitahu Eun-jo. Jung-woo berkata, “Eun-jo berkata kalau rasanya sakit entah itu melihatmu atau tidak melihatmu, tapi dia lebih memilih melihatmu. Kau bersalah, kan? Kau ingin menerima hukuman, kan? Jadi biarkan rahasia itu menjadi hukuman seumur hidupmu dan tidak diberi maaf.”


Kalimat2 itu memberikan efek besar pada Ki-hoon tapi keputusan utamanya tetap melekat di kepala Ki-hoon. Dia berputar di sekeliling rumah untuk mencari Eun-jo. Hyo-sun mendekati Ki-hoon di gerbang dan mendengar kalau oppa mencari kakaknya. Hyo-sun terdiam tapi kemudian dia mengatakan kalau Eun-jo ada di lab. Ki-hoon berangkat secepat mungkin untuk menemui Eun-jo disana. Sayangnya, waktu Ki-hoon sampai disana ternyata lab kosong.


Ternyata, Hyo-sun tahu kalau Eun-jo tidak ada di lab. Kemudian dia menelpon Eun-jo dan mengatakan kalau ada hal yang ingin dia bilang. Apakah Eun-jo bisa segera pulang? Berikutnya, Ki-hoon menelpon Eun-jo dan mengatakan kalau ada hal sangat penting yang ingin dia katakan atau kalau tidak, dia tidak akan mendapatkan kesempatan lagi. Dimana Eun-jo? Ki-hoon lalu menelpon ayahnya dan menjelaskan kenapa dia mau bekerja pada ayahnya dulu. Mungkin awalnya dia memulai dengan keinginan untuk balas dendam pada ibu tirinya dan Ki-jung tapi ada juga bagian dari dirinya yang ingin menyelamatkan keluarganya.
Akan tetapi, sekarang Ki-hoon akan menyerahkan semuanya. Sahamnya, warisannya, bahkan identitasnya sebagai putra Hong – dia akan menyerahkan segalanya. Lebih jauh, kalau ayah atau Ki-jung mencoba mengganggu perusahaan Dae-sung lagi, maka Ki-hoon akan memperlakukan mereka seperti orang asing dan tidak akan ragu2 membeberkan pada public perbuatan illegal mereka. Ki-hoon berujar, “Aku akan bertemu dengan gadis yang berkata kalau dia lebih baik melihaku meski rasanya sakit. Aku akan menebus semua dosaku dan meminta apakah aku bisa tetap tinggal, apakah aku tetap bisa melihatnya. Jika dia setuju, aku akan melakukannya.”
Ki-hoon sampai di rumah dan melihat mobil Eun-jo baru saja terparkir. Tepat ketika Ki-hoon akan masuk ke dalam, mobil ketiga muncul dan menghentikannya. Alasan kenapa Hyo-sun menelpon Eun-jo bukan karena urusan penting tapi untuk sebuah ketakutan yang langsung dia utarakan. Dia mengatakan pada Eun-jo kalau Ki-hoon mencarinya seperti ada urusan yang sangat penting tapi tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Hyo-sun benci digantung seperti itu dan tidak tahu apa2 tapi itu membuatnya malu. Hyo-sun sangat ingin tahu alasan kenapa Ki-hoon mencari Eun-jo dengan sangat serius.


Eun-jo mendesah (dia sangat tahu bagaimana Hyo-sun) tapi tetap merasa sakit hati karena hal itu. Dia mengatakan kalau Hyo-sun bisa ikut dengannya mulai sekarang. Kalau Hyo-sun merasa begitu tidak nyaman sebaiknya mereka menelpel dari sekarang. Eun-jo bersikap sangat manis pada Hyo-sun. Mereka menuju lab dan Hyo-sun berusaha membantu sebisanya.
Rencana Ki-hoon untuk mengakui perbuatannya terganggu oleh kedatangan kakak keduanya, Ki-tae yang sangat tertarik pada Hyo-sun. Oleh karena itu dia meminta agar dikenalkan pada Hyo-sun. Dia meminta Ki-hoon untuk melakukan itu! Ini menarik sebab Ki-tae bukan orang yang sejenis dengan Ki-jung. Akan tetapi, pertemuan ini terganggu dengan sebuah telpon yang mengabarkan kalau ayah masuk rumah sakit. Ki-tae tidak tahu kenapa tapi hal itu terjadi setelah ayah menerima telpon dari Ki-hoon.
Ki-jung tiba di rumah sakit untuk bergabung dengan saudara2nya di sisi tempat tidur ayahnya. Dia sangat dingin dan Ki-tae menyalahkan Ki-jung atas apa yang terjadi pada ayah. Kakak dan ibu sudah merencanakan untuk mengambil alih Hong Ju, kan? Lalu ibu tiba dan memarahi mereka karena berteriak. Ki-tae adalah yang paling emosional dan dia berkata kalau mereka semua menyebalkan dan pergi. Ki-hoon mendengarkan dengan kaku ketika ibu tirinya dan Ki-jung bercakap-cakap tentang bagaimana kejadian ini membuat rencana bisnis mereka menjadi tertunda.
 

Seorang penjahat tiba di rumah Hyo-sun dan menanyakan Kang-sook. Dia dikirim oleh kakaknya untuk menemui Kang-sook dan kalau dia menyebutkan nama kakaknya maka itu cukup untuk membuat Kang-sook menyerahkan sejumlah uang. Ketika melihat mobil Eun-jo masuk ke pekarangan rumah, Kang-sook setuju untuk memberikan uang pada penjahat itu dan menyuruhnya pergi secepatnya. Ketika ibu kembali ke dalam rumah, dia melihat paman Hyo-sun berlari – dia sudah mendengar semuanya.
Hyo-sun bertanya pada Eun-jo apakah dia tahu seorang pria bernama Jang Taek-geun dari keluarga ibu. Jelas dia bukan kakak ibu dan Eun-jo langsung tahu apa yang terjadi dan menemui ibu. Eun-jo memandangi ibu dan bertanya apa yang akan ibu lakukan untuk menangani keadaan ini. Kang-sook berjanji untuk membereskannya tapi Eun-jo bertanya lagi apa yang akan ibu lakukan kalau Hyo-sun tahu.


Untuk menjauhkan Hyo-sun dari ibu untuk beberapa saat, Eun-jo memberikan tugas untuknya. Mereka harus tahu apa terjadi pada ekspor ke Jepang (Eun-jo sudah meminta bantuan reporter Dong-soo untuk hal ini), tapi dia sama sekali tidak bisa menghubungi Ki-hoon. Eun-jo meminta Hyo-sun untuk membawa Ki-hoon secepatnya. Berikutnya, Eun-jo meminta bantuan Jung-woo – karena Jung-woo sudah tahu bagaimana paman Jang, jadi dia bisa mempercayakan Jung-woo untuk tugas yang ini.


Pertama-tama, Eun-jo meminta Jung-woo untuk mengirimkan uang pada paman Jang. Jang berkata kalau mereka belum memenuhi tuntutannya, maka dia akan terus mengirim orang hingga uang yang dia minta terpenuhi. Jung-woo menjamin kalau dia akan menangani itu semua tapi kemudian Eun-jo mengubah pikirannya – dia akan pergi bersama Jung-woo. Ada hal yang ingin Eun-jo katakan sendiri pada Jang, jadi mereka bisa pergi bersama. Jung-woo dengan hati2 bertanya apakah sudah ada yang terjadi – dia khawatir kalau Ki-hoon sudah mengatakan yang sebenarnya. Jung-woo tenang karena yang terjadi tidak seperti yang dia pikirkan.
Kang-sook tidak ingin menyerahkan uang tapi Eun-jo menyuruhnya untuk menurut – mereka tidak ingin para tetua tahu, kan? Dengan putus asa, Kang-sook mengeluarkan buku tabungannya dari lemari – ada sesuatu yang menarik perhatiannya, dan dia menarik setumpuk buku dari bagian belakang lemari. Ternyata itu adalah buku harian Dae-sung. Kang-sook membaca bagian pertama yang merupakan tulisan Dae-sung sekitar 8 tahun yang lalu. Dae-sung menulis tentang pertemuan pertamanya dengan Kang-sook.


Buku harian Dae-sung: Seseorang datang padaku. Dia seperti angin musim semi. Dia membawa harum bunga dalam angin musim semi. Wangi itu berasal darinya seperti berasal dari bunga. Aku bersumpah untuk memijat kakinya selamanya. Aku sudah membuat begitu banyak sumpah. Pria bodoh melakukan itu. Pria bodoh ini sekali lagi membuat sumpah. Bahwa aku tidak akan membiarkan air mata keluar dari matanya…


Ki-hoon kembali ke rumah dimana Hyo-sun telah menunggunya sesuai perintah Eun-jo. Ki-hoon terlihat lelah dan Hyo-sun bertanya apakah Ki-hoon baik2 saja. Apakah sesuatu terjadi padanya. Dengan perlahan Hyo-sun meletakkan tangannya di wajah Ki-hoon dengan sikap yang menenangkan. Secara mengejutkan, Ki-hoon mengangkat tangannya dan memeluk Hyo-sun sebelum akhirnya dia melepaskan pelukan itu. Ki-hoon berbalik dan pergi.
Dan benar saja, lama setelah Ki-hoon pergi Hyo-sun masih berdiri di halaman. Dia kaget dan tidak bergerak sama sekali. Ketika Ki-hoon masuk ke kamarnya, Jung-woo memandangnya dengan kecewa dan memastikan kalau dia tidak mengatakan apa2 pada Eun-jo. Ki-hoon bertanya apakah hanya hal itu yang Jung-woo pedulikan. Setelah mengetahui kalau Ki-hoon adalah bagian dari Hong Jud an kenapa dia kesini, dan apa yang dia lakukan pada Dae-sung, Eun-jo adalah satu2nya hal terpenting? Ki-hoon bertanya kenapa Jung-woo tidak mengatakan apa2.
Jung-woo menjawab kalau dia percaya pada Ki-hoon ketika Ki-hoon mengatakan kalau dia akan mengembalikan perusahaan pada Dae-sung, “Jika aku tidak mempercayainya, itu akan membuatmu tampak menyedihkan.” Jung-woo bergumam kenapa Ki-hoon tidak tahu betapa Eun-jo menyukainya.
Dengan perlengkapan yang segera datang, mereka bisa memulai membuat anggur beras lagi sedangkan Eun-jo bisa melanjutkan percobaannya. Ki-hoon dan Hyo-sun mengunjungi pemasok beras lama mereka dan membuat permintaan – hanya kali ini saja. Bisakah dia menghormati hubungan yang penjual itu jalin dengan Dae-sung ketika Dae-sung masih hidup?


Pria itu mengalihkan pandangannya dari Hyo-sun. Hyo-sun mengatakan kalau dia tahu pemasok beras itu datang ke pemakaman ayahnya. Pria itu mencoba untuk membuat wajahnya tetap tegas tapi mengalami kesulitan ketika Hyo-sun mengaku bahwa kalau saja pria itu menyapanya, dia mungkin sudah pingsan karena menangis terlalu lama sebab pria itu bisa mengingatkan Hyo-sun pada ayahnya. Ucapan terima kasih Hyo-sun memecah ketegangan pria itu dan bahkan dia harus menghapus air matanya dengan sapu tangan.
Hyo-sun memandang Ki-hoon dengan perasaan bercampur. Ki-hoon mengerti kenapa jadi dia berkata, “Kau adalah orang yang sangat baik, Hyo-sun.” Ki-hoon mengatakan kalau dia iri karena Hyo-sun punya sikap seperti itu. Ki-hoon berujar lagi, “Kau orang yang baik. Percayalah itu.” Kata2 itu membuat Hyo-sun gugup. Dia lalu bertanya kenapa kata2nya yang tulus tidak memberikan pengaruh apa2 pada Ki-hoon. Tapi Ki-hoon menjawab kalau memang ada pengaruhnya. Ki-hoon, “Kau menyukaiku, percaya padaku, perasaanmu yang tulus – aku tahu!” Hyo-sun sedikit malu dan berkata, “Kau tahu?”
Ki-hoon menjawab, “Aku tahu, karena itulah aku mengatakan ini padamu. Karena itulah aku menolakmu seperti ini.” Ki-hoon menambahkan kalau dia akan tetap menjaga Hyo-sun dan Eun-jo di masa depan tidak peduli apapun yang terjadi dan meskipun dia tidak mendapatkan maaf. Kalimat2 itu begitu tidak jelas dan Hyo-sun tidak mengerti. Ki-hoon membuatnya menjadi lebih jelas, “Terima kasih atas perasaanmu. Aku minta maaf, aku tidak bisa menerimanya.”


Eun-jo dan Jung-woo mengambil uang untuk dibawakan pada paman Jang. Paman Jang keluar dalam kondisi yang lebih buruk. Jung-woo memandangnya dengan kasihan dan mengajaknya makan siang. Ketika mereka keluar dari resto, barulah Jang memerhatikan Eun-jo disana, menunggu mereka. Eun-jo menyuruh Jung-woo untuk tetap tinggal dan meminta Jang untuk masuk ke mobil. Kedua pria itu menurut tapi dengan enggan. Eun-jo mengatakan pada Jung-woo kalau dia tidak kembali dalam dua jam maka Jung-woo harus pulang ke rumah tanpanya.


Itu sebuah peringatan buat Jung-woo kalau Eun-jo akan melakukan sesuatu yang tidak akan mampu cegah kalau dia tidak bersama Eun-jo. Maka Jung-woo mencoba mengejar mereka. Tapi Eun-jo mempercepat mobilnya dan membuat paman Jang ketakutan karena dia ngebut. Akhirnya, dia menepi di sebuah tempat dan menyuruh Jang untuk keluar. Eun-jo berteriak ketika Jang tidak bereaksi. Dan kemudian, Eun-jo berlutut dihadapan Jang! Eun-jo memohon, “Selamatkan aku, paman!” Dia mengatakannya dengan kata2 yang sopan.


Eun-jo: Selamatkan aku. Aku merasa sekarat. Setiap hari, aku merasa aku akan mati. Aku benar2 sekarat. Aku hidup karena aku tidak bisa mati. Aku… aku adalah putri ibuku. Eun-jo putri Song Kang-sook. Si jalang Eun-jo. Ketika kau tidur dalam keadaan mabuk, ada kalanya aku ingin membunuhmu – kau tidak tahu itu, kan? Aku bahkan memegang pisau. Setiap kali kau mabuk dan memukul ibuku, aku mengasah pisauku untuk memotong tangan ini. Gadis muda itu membayangkan hal semacam itu untuk memotong tangan itu. Apa kau tahu itu?
Kata2 itu membuat Jang ketakutan dan dia mulai meminta maaf. Tapi suara Eun-jo mengeras dan dia menyuruh Jang tutup mulut. Jika Jang benar2 menyesal, seharusnya dia berhenti bersikap seperti itu – tapi Jang selalu minta maaf lalu mengulangi hal yang sama. Dengan tajam, Eun-jo berkata, “Lihat aku. Aku akan menunjukkan padamu kalau kesalahanmu bisa membunuh seseorang dengan mudah!”


Setelah itu, Eun-jo berjalan menuruni bukit dan menuju ke tepi danau. Eun-jo tidak berhenti tapi dia terus berjalan hingga masuk ke dalam danau. Kakinya mulai tenggelam, pinggangnya mulai tenggelam dan dadanya mulai tenggelam. Selama itu, wajah Eun-jo terlihat teguh! Jang sangat terkejut. Dia terburu-buru menuruni bukit dan muncul di belakang Eun-jo. Dia menarik Eun-jo dan menyeretnya naik ke daratan. Eun-jo berteriak memprotes. Tapi paman Jang membawa Eun-jo keluar dari air dan kembali ke mobil. Dia meletakkan Eun-jo di rumput. Eun-jo menjerit dan menangis.


Kang-sook menemukan jurnal tahunan yang dimiliki suaminya. Dia kembali mencari yang lainnya di kamar. Kang-sook mengobrak-abrik kamar tapi tidak menemukan apapun. Dia lalu beralih mencarinya di kantor Dae-sung. Dia menarik buku dari rak sampai akhirnya dia beralih ke laci dan menemukan sesuatu: diari Dae-sung tahun 2010. Di dalam buku itu, Dae-sung menulid bagaimana dia tahu kalau istrinya bertemu dengan pria lain tapi karena dia menjadi pria yang bodoh maka dia tidak berani bertanya kenapa. Setiap kali dia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, dia tahu hidup yang sudah dia jalani dengan Kang-sook selama 8 tahun akan berakhir dan tidak mengatakan apa yang ingin dia katakan. Dae-sung menulis, “Bahwa hidupku akan berkanjut tanpanya – aku paling takut hal itu.”


Kang-sook membawa buku itu kembali ke rumah – Eun-jo sudah memberitahunya kalau Dae-sung sudah tahu tapi Kang-sook berusaha untuk tidak percaya. Tapi sekarang dia sudah tahu. Kang-sook duduk di depan foto pernikahannya sambil terisak.

Cinderella Sister Episode 12

Eun-jo berlutut di depan Ki-hoon dan meminta Ki-hoon untuk lari bersamanya. Ki-hoon membawa Eun-jo ke gudang anggur dan memberinya minum untuk menenangkan diri. Ki-hoon berpikir kalau seandainya dunia datar, tidak bulat, mereka baru bisa kabur: “Meski kau berlari sampai akhir, tidak dapat dihindari kau pasti kembali ke rumah lagi.” Ki-hoon menantang Eun-jo – bagaimana kalau Ki-hoon bilang iya? Apakah Eun-jo siap lari ke ujung dunia bersamanya? Ki-hoon: “Jika kau bingung, apa yang seharusnya aku lakukan?”


Ki-hoon mengatakan pada Eun-jo untuk tetap tinggal dan melakukan apapun yang dia mau. Sedangkan, Ki-hoon yang akan membereskan sisanya. Eun-jo bilang kalau dia tahu hatinya sendiri. Tapi dia tidak tahu dosa apa yang sudah diperbuat Ki-hoon sehingga begitu terikat pada rumah ini. Eun-jo bertanya apakah mungkin Ki-hoon ingin sepotong pai, seperti ibunya. Ki-hoon menjawab, “Ada sesuatu yang harus aku bayar. Jika aku tidak bisa, aku akan berakhir seperti Dracula… tidak bisa mati meski aku ingin, selama seribu tahun, sepuluh ribu tahun.”


Eun-jo bertanya hutang apa itu tapi Ki-hoon tidak bisa memberitahunya. Eun-jo bertanya lagi bagaimana jadinya kalau dirinya kabur sendiri saja. Ki-hoon mengatakan pada Eun-jo kalau dia harus melakukannya kalau memang ingin. Ki-hoon pasti akan membantu sebisanya. Ki-hoon bertanya kemana Eun-jo ingin pergi?
Eun-jo duduk di kamarnya sambil memandang peta Ushuaia yang Ki-hoon buatkan untuknya 8 tahun yang lalu. Dia bimbang tapi kemudian memasukkan gambar itu ke dalam tas tuanya lalu keluar. Tepat di luar pavilion, Eun-jo ingat saat Dae-sung dulu datang ketika dia ingin kabur. Kali ini, Eun-jo mengatakan dengan keras hal2 yang ingin dia ucapkan pada Dae-sung. Mungkin karena dia tinggal di rumah inilah Dae-sung mati. Eun-jo minta maaf tapi dia tahu tidak peduli apapun, Dae-sung pasti akan memaafkannya.

Ketika Eun-jo melangkah keluar rumah, Ki-hoon yang menunggu di dalam mobilnya siap mengantar Eun-jo kemanapun dia mau. Eun-jo dengan tenang melewati mobil itu dan Ki-hoon membuntutinya dari belakang. Saat Eun-jo melewati tembok luar halaman rumah, dia ditarik oleh suara aktivitas di dalam gudang anggur. Ini membuat Eun-jo berhenti; dia punya perusahaan itu dan karena itu dia tidak bisa pergi. Paman Hyo-sun dan paman yang lain menyapa Eun-jo dengan hangat dan memanggilnya ‘bos kecil’. Eun-jo hanya tersenyum dan mereka semua kembali bekerja dengan penuh semangat.


Eun-jo memandangi mereka semua hingga dia menangis. Ki-hoon melihat dari belakang ketika Eun-jo menangis. Eun-jo akhirnya membiarkan tas tuanya jatuh dari bahunya. Tas itu jatuh dengan suara gedebuk yang dramatis sekali. Ki-hoon memungut tas yang jatuh itu dan meletakkan tangannya di bahu Eun-jo sama seperti yang sering dilakukan Dae-sung.


Inilah Jung-woo yang terlihat semakin hot saja. Dia tidak berada di latihan tentara tapi dia bekerja di lokasi pembangunan. Dia mencoba untuk mendapatkan beberapa won agar noona Eun-jo tidak kelaparan jika perusahaan anggur bangkrut.

Ki-hoon pergi untuk menemui Dong-soo, orang yang dulu membawakan bunga untuk Eun-jo waktu dia masih sekolah. Sebenarnya Ki-hoon cemburu pada pria ini tapi dia bersikap wajar saja. Ki-hoon meminta Dong-soo, yang sekarang seorang wartawan, untuk menulis cerita tentang pabrik anggur. Dong-soo masih bersikap sama seperti waktu remaja dulu tapi dia benar2 tertarik untuk menulis tentang pabrik anggur.


Eun-jo memimpin upacara ritual dimana dalam hal ini dia menggantikan tempat Dae-sung. Setelah upacara, Kang-sook mengepak pakaian Dae-sung yang dia lakukan dengan pelan dan dia terlihat sedih sebab dia ingat perkataan Eun-jo kalau Dae-sung tahu rencana Kang-sook tapi tetap mencintainya.


Hyo-sun tetap berusaha keras untuk mendapatkan sisi baik ibu. Kang-sook memandang Hyo-sun dengan tajam ketika Hyo-sun membungkuk dihadapannya dan mengatakan tentang kue beras upacara dan bagaimana semua orang telah memakannya untuk mendapatkan berkah. Kang-sook ingat kata2 Eun-jo kalau Hyo-sun sama seperti ayahnya tapi dia tetap saja menghindari anak tirinya itu.


Hyo-sun mengikuti ibu dan bahkan berani meletakkan sepotong kue beras di mulut ibu untuk membuatnya tenang. Tapi Kang-sook malah membuangnya di lantai yang kotor dengan sikap jijik. Sambil menangis, Hyo-sun memungutnya dan memakannya. Kang-sook kembali berpikir kalau Hyo-sun sekali lagi mencoba membodohi dirinya.

Hyo-sun mencoba membantu ibu membuat makan siang tapi ibu malah pergi dan menyuruh Hyo-sun menyiapkannya sendiri. Ibu heran pada keberanian Hyo-sun yang tidak padam juga. Tapi ketika ibu pergi, Hyo-sun mulai terlihat sangat terlukan. Dia berhenti memotong lauk jadi dia pergi ke para bibi di gudang anggur untuk meminta tips memasak. Mereka memberikan sisa makanan dari gudang untuk dipakai Hyo-sun yang diterima dengan gembira.

Kemudian Kang-sook melihat Hyo-sun dan bertanya dari mana makanan itu berasal. Hyo-sun dengan hati-hati mengatakan tentang ajumma dan nenek di gudang anggur meski sudah diusir oleh ibu. Kang-sook marah dan melempar semua hal yang dekat dengannya. Dia lantas pergi ke gudang anggur dengan penuh dendam. Dia memarahi para ajumma itu karena sudah berani menentang perintahnya. Hyo-sun jelas membela para ajumma.


Berikutnya, paman Hyo-sun masuk untuk minta makan dan bisa dilihat kalau Kang-sook menuduh paman sebagai biang kematian Dae-sung. Ibu bahkan mendorong Hyo-sun ke tanah ketika dia mencoba untuk ikut campur. Akhirnya, Eun-jo datang. Kalau ada orang yang bisa menyamai ketajaman mata ibu, orang itu adalah Eun-jo. Bahkan ibu sendiri takut saat melihat kedatangan anaknya ini.

Eun-jo menyeret ibunya ke dalam rumah. Eun-jo berkata, “Ibu, kau ada di pihak-ku, kan? Bukan di pihak Hyo-sun tapi di pihak-ku?” Ibu kaget mendengar ucapan ini. Eun-jo menjelaskan pada ibu kalau pabrik anggur sekarang milik para pemilik saham. Mereka akan memberikan perusahaan pada Hyo-sun kalau ibu tetap memerlakukan Hyo-sun dengan kejam. Dia juga mengatakan kalau Hyo-sun punya kendali lebih besar pada perusahaan ketimbang mereka. Sebab, Hyo-sun bisa melarang penjualan barang2 dan lain2nya. Pada dasarnya, Eun-jo membuat alasan agar ibu bersikap baik pada Hyo-sun lagi, untuk mengamankan hak mereka ada harta kekayaan itu, dan membohongi Hyo-sun agar memberikan kekayaannya lebih banyak.
Ini memang jenius dan Kang-sook jelas mempercayainya: uang! Bahkan Eun-jo memberikan alasan bagus agar Kang-sook mau bersikap baik pada Hyo-sun. Ibu memakan umpan itu dan bahkan berencana untuk menambah pundi2 emasnya. Eun-jo bahkan menambahkan kalau ibu adalah satu2nya orang yagng bisa berbuat baik pada Hyo-sun sebab Eun-jo muak melakukan hal seperti itu.


Ki-hoon mengajak Hyo-sun berkendara ke sungai agar Hyo-sun bisa keluar dari rumah. Dia bahkan menyarankan agar Hyo-sun pergi ke dokter untuk memeriksan sakit di dadanya. Tapi itu bukan sakit seperti yang Ki-hoon kira. Sakit itu hanya karena Hyo-sun sering menahan air matanya. Hyo-sun berkata, “Dia menyuruhku untuk tidak menangis… Eun-jo. Aku rasa dia tidak suka bila aku menangis. Tidak apa2. Dia tidak melawanku lagi. Kadang2 bahkan dia bersikap baik.” Ki-hoon mengatakan kalau tidak apa bila Hyo-sun menangis apalagi disini hanya ada mereka berdua. Ki-hoon bahkan membiarkan Hyo-sun bersandar pada dirinya dan memegangnya ketika Hyo-sun mengelurakan semua air matanya. Ki-hoon juga menangis dan minta maaf.


Jung-woo telah kembali. Eun-jo menyuruhnya langsung bekerja ketika mereka meneliti perusahaan anggur beras yang mungkin saja menjadi saingan. Jung-woo bertanya apakah Eun-jo memakai bros yang dia berikan. Tapi Eun-jo tidak menjawab. Ini membuat Jung-woo mencari di jaket Eun-jo tapi akhirnya dia melihat benda itu tersemat di bagian bawah jaket Eun-jo. Jung-woo tersenyum. Dia sangat puas.

Jung-woo meminta Eun-jo untuk mengatakan kalau dia tidak punya uang. Dia lalu mengeluarkan amplop dan meletakkannya di atas meja. Dia berkata kalau itu adalah milik noona. Eun-jo bertanya dimana Jung-woo mendapatkan uang itu. Jung-woo bercanda kalau dia menang dalam permainan Jalan dan Berhenti. Tapi dia menarik kembali perkataannya ketika melihat reaksi Eun-jo. Jung-woo lalu bertanya apakah Eun-jo sudah makan malam. Pada akhirnya, Jung-woo menarik tangan Eun-jo untuk mengajaknya makan malam.


Eun-jo berhenti dan berteriak, “Jangan kurang ajar!” Jung-woo langsung menjawab, “Jangan kejam pada dirimu sendiri. Aku sudah katakan padamu, aku tidak tahu apa2 tentang hal lain, tapi aku tidak akan membiarkanmu tidak makan!” Jung-woo mengantar Eun-jo ke resto dan bahkan membukakan pintu mobil untuknya. Eun-jo melihat mobil Ki-hoon di resto itu tapi dia sama sekali tidak berkata apa2. Jung-woo memegang tangan Eun-jo dan mereka pun masuk ke dalam. Eun-jo melepaskan tangannya lalu matanya melihat Ki-hoon dan Hyo-sun sedang makan.


Tepat ketika Hyo-sun memanggil Eun-jo, Jung-woo meraih tangan Eun-jo dan mengajaknya ke meja Ki-hoon dan Hyo-sun. Ki-hoon berbalik dan saling pandang dengan Eun-jo kemudian mata Ki-hoon tertuju pada tangan Eun-jo. Mereka makan bersama. Hyo-sun bertanya apa hubungan Jung-woo dan Eun-jo. Jung-woo hanya menyeringai dan tidak memberikan jawaban sedangkan Ki-hoon terlihat super kesal!
Eun-jo ingin pergi tapi Jung-woo menolak untuk pergi sampai Eun-jo menghabiskan makanannya. Jung-woo bahkan meletakkan kembali sendok Eun-jo ditangannya dan berkata, “Kau dan aku harus menghabiskan makanannya!” Hyo-sun terlihat kagum pada situasi ini – sedangkan Eun-jo sepertinya mendengarkan orang lain.

Ki-hoon cemburu dan dia meletakkan makanan di piring Hyo-sun dan memintanya untuk makan. Jung-woo melakukan hal yang sama dan Eun-jo memakannya. Efek dari keadaan ini sangat besar: Jung-woo tersenyum (senang karena dia berpikir sudah memenangkan hati Eun-jo), Hyo-sun terlihat tidak percaya. Dia melihat sisi lain Eun-jo. Dan Ki-hoon adalah yang paling menderita.


Eun-jo dan Hyo-sun pulang ke rumah. Mereka disambut oleh ibu yang terlihat cerah ceria. Hyo-sun memandangi ibu lalu beralih ke Eun-jo untuk tahu apa yang terjadi. Ketika berada di dalam, Hyo-sun berjalan ke pintu kamar ibu. Akan tetapi, Eun-jo menghentikannya. Dia tahu terlalu aneh kalau ibunya tiba2 bersikap baik. Eun-jo menarik Hyo-sun dari sana untuk melindunginya.

Ki-hoon memeriksa Jung-woo – bagaimana dia akan berbagi kamar dengan bocah itu? Bagaimana caranya agar mereka tidak saling bunuh di kamar? Pikiran ini membuat Ki-hoon terjagar. Sementara itu, di dalam rumah Eun-jo juga sedang merenung.

Keesokan harinya, Hyo-sun mencoba anggur beras yang telah dibuat. Dia menentukan kalau hanya satu dari enam kendi yang rasanya berbeda. Eun-jo tidak mengerti kenapa hal itu bisa terjadi padahal semuanya melalui proses yang sama. Hyo-sun berkata kalau raginya yang berbeda tapi itu tidak apa sebab mereka sudah punya yang bagus. Sekarang mereka hanya harus menciptakan ulang anggur beras yang terbaik.
Di tempat lain. Ki-tae, kakak kedua Ki-hoon, duduk di mobilnya dan menonton iklan Hyo-sun berulang-ulang. Sedangkan Ki-jung mendapatkan berita buruk kalau salah satu pembelinya yang asal Jepang memutuskan untuk membeli anggur beras di pedagang yang lebih baik – Dae-sung. Ki-jung semakin mendidih waktu mendengar kalau anggur beras Dae-sung dijual ke pedagang di Jepang yang berlokasi di Tokyo dan anggur beras ini menjadi semakin terkenal disana. Ki-jung tidak mengerti kenapa Dae-sung masih mendapatkan pesanan padahal generasi kedua Dae-sung tidak bisa menciptakan rasa yang sama dengan yang sebelumnya. Ki-jung akan segera mengetahui hal ini dengan bantuan pembeli dari Jepang.


Ki-hoon menyerahkan semua keputusannya pada Eun-jo; apakah mereka harus menyewa mesin khusus dan menerima pesanan atau menolak pesanan. Menurut Ki-hoon perlu mengambil resiko dan dia percaya pada kemampuan Eun-jo. Sedangkan, Eun-jo sama sekali tidak mau mengambil resiko sebab dia takut hal buruk akan terjadi seperti terakhir kali dia memaksa Dae-sung terlalu jauh menuruti arogansinya. Ki-hoon berkata kalau Eun-jo sekarang punya kesempatan untuk menebus semuanya dan menghormati Dae-sung. Sedangkan, Ki-hoon saja tidak punya kesempatan itu. Dia mengatakan kalau dia iri pada Eun-jo karena punya kesempatan itu.

Ki-hoon meletakkan tangannya di bahu Eun-jo lalu tersenyum. Eun-jo memandang Ki-hoon dengan air mata di matanya sedangkan tangan Eun-jo mengepal karena saking kerasnya menahan air mata. Eun-jo berkata, “Jangan lakukan itu.” Ki-hoon mundur dan terlihat terluka. Dia berpikir kalau Eun-jo tidak menginginkannya.


Eun-jo keluar dan Ki-hoon mengikuti sambil meminta keputusan. Ki-hoon mencoba mayakinkan Eun-jo, tapi sayangnya Eun-jo lebih senang mencari aman saja dan berkata kalau mereka tidak boleh menambah hutang. Bagaimana kalau ada perompak seperti terkahir kali? Lalu semuanya terang bagi Eun-jo… Kenapa Eun-jo tidak melakukan apa2 terhadap hal itu? Kenapa dia hanya diam dan tidak mencari tahu pelakunya? Ki-hoon kaget dan mengatakan kalau dia akan menangani masalah itu tapi ini bukan pertanda bagus. Ki-hoon berkata kalau dialah orang yang harus menemukan pelakunya dan kalau mereka mau mengambil kesempatan ini, maka Perusahaan Dae-sung akan kembali. Ki-hoon berkata, “Dan aku bisa…”

Ki-hoon mengantar Eun-jo ke lab dan bertanya apa yang akan Eun-jo lakukan kalau mereka menemukan perampoknya. Eun-jo menjawab kalau dia tidak tahu. Tapi dia mengatakan kalau hal itu mungkin akan memberikannya kekuatan untuk menjalani sisa hidupnya. Dengan memikirkan wajah2 orang itu kekuatan Eun-jo akan bertambah besar. Eun-jo akan membenci orang2 itu tanpa kenal lelah. Dan itu cukup. Dengan kekuatan membenci mereka Eun-jo akan hidup tenang sampai dia mati.

Ketika Ki-hoon keluar, dia melihat mobil ayahnya mendekat dan menghentikannya sebelum ayah bisa masuk. Ki-hoon meminta agar ayah meninggalkan Eun-jo sendiri tapi ayah sudah memutuskan kalau dia akan menemui Eun-jo dan mengatakan semuanya. Jika melakukan itu, ayah harus mengatakan semua keterlibatan Ki-hoon dalam kekacauan itu. Tapi itu tidak masalah sebab istirnya akan segera menceraikannya dan ayah tidak akan punya apa2 lagi. Masalahnya, ketika ayah bercerai maka semua sahamnya akan jatuh pada ibu dan Ki-jung.

Tapi sebenarnya, ayah disini untuk mengajak Ki-hoon ke pihaknya. Pilihannya adalah: Ki-hoon bergabung dengan ayah lagi untuk memenangkan perang ini atau ayah akan masuk dan mengatakan semuanya pada Eun-jo. Ki-hoon tidak mau bergabung dengan ayahnya jadi ayah terpaksa masuk dan bertemu dengan Eun-jo. Tapi sepertinya Ki-hoon akhirnya mengalah.

Malam itu, Eun-jo menemui Ki-hoon di kamarnya dan mengatakan kalau dia setuju untuk menyewa mesin sesegera mungkin. Ki-hoon terlalu ditekan oleh pikirannya tentang ayah jadi dia hanya berkata kalau dia akan melakukannya. Ki-hoon memanggil Eun-jo, “Eun-jo ya…” Tapi kemudian dia terlihat lemas dan tidak jadi meneruskan kata2nya.

Eun-jo kembali ke rumah dan menemukan kalau bibi di dapur sudah kembali yang mengidikasikan kalau ibu menganggap serius ancaman Eun-jo. Dia kaget mendengar tawa dari kamar ibu. Dan ketika dia mengintip, dia melihat ibu, Hyo-sun dan Jun-su sedang tertawa di depan tv. Hyo-sun mengatakan pada ibu kalau seorang pria datang ke rumah tadi dan mencari ibu berkata kalau dia adalah saudara ibu. Hyo-sun tahu kalau ibu sudah tidak punya saudara jadi dia mengatakan pada pria itu kalau dia sudah masuk ke rumah yang salah. Tapi wajah ibu terlihat berbeda. Ibu mengatakan kalau Hyo-sun sudah melakukan hal yang benar sebab tidak ada lagi keluarga ibu yang masih hidup.


Sebelum tidur, Hyo-sun memeluk ibu dan berkata: “Aku tahu aku tidak terlalu kau sayangi. Tapi terima kasih karena sudah baik padaku. Nanti, agar kau bisa memelukku karena kau menyayangiku, aku akan berbuat baik, bu.”
Ki-hoon minum makgulli di gudang anggur. Dia memikirkan kata2 Eun-jo tadi. Ki-hoon menelpon ayahnya dan mengatakan kalau dia sendiri yang akan memberitahu Eun-jo semuanya tapi setelah itu ayah dan Ki-jung tidak boleh mengganggu Eun-jo. Ini bukan hal yang ingin didengar ayah: “Tidurlah ayah. Aku akan menemui Eun-jo sekarang.”


Rasa bersalah atas keterlibatannya dengan Hong-ju dan kematian Dae-sung membuat Ki-hoon tidak mampu menemui Eun-jo. Tapi Ki-hoon sudah memutuskan untuk mengaku meski itu akan menyebabkan Eun-jo membencinya. Ki-hoon tersandug di depan rumah. Dia menghantamkan tangannya ke pintu. Badannya bergetar dan Ki-hoon berteriak, “Eun-jo ya! Eun-jo ya!”

Cinderella Sister Episode 11

Eun Jo berlutut sambil menangis ketika dia mempersembahkan anggurnya pada Dae Sung serta memanggil Dae Sung ‘appa’ lalu meminta maaf. Tepat di luar ruangan, Ki Hoon mendengar isakan Eun Jo yang sangat mengusik perasaannya. Begitu dalam kesedihan Eun Jo hingga Jung Woo yang berada jauh di luar dapat mendengarnya juga. Dia juga menangis!


Hyo Sun duduk sendiri sambil memikirkan ucapan Eun Jo kalau dia sudah menemukan ragi-nya dan muncul sebagai penyelamat. Dia berjalan mengelilingi rumah dan memeriksa setiap bagian rumah. Malam itu juga, Jung Woo memanggil Eun Jo keluar. Jung Woo akan pergi. Dia berpikir kalau ini adalah waktu yang tepat untuk pergi sebab tidak ada pekerjaan lagi di pabrik. Eun Jo menyuruhnya hati2 lalu berbalik masuk ke dalam rumah. Tapi Jung Woo menahannya dan memberikan hadiah untuk Eun Jo: sebuah kotak perhiasan. Di dalamnya ada pin yang langsung disematkan Jung Woo di baju Eun Jo.


Jung Woo meminta Eun Jo untuk memakai pin itu saat dia sudah pergi dan menyebut pin itu sebagai ‘roti’. Jung Woo juga mengatakan kalau pin itu akan menjauhkan Eun Jo dari kelaparan. Eun Jo tersenyum dan berkata, “Anehnya, aku ingin mempercayai kata2 yang konyol dan aneh itu!” Jung Woo meminta Eun Jo untuk hati2 lalu pergi. Keesokan harinya, Eun Jo bertanya pada Hyo Sun dimana para pekerja tinggal. Eun Jo siap untuk berbicara dengan mereka lagi. Dia mau menunggu selagi Hyo Sun berbicara dengan para ajushi. Sayangnya, Hyo Sun melaporkan kalau para pekerja masih terhina dengan sikap Eun Jo dan menolak untuk bekerja kembali.


Hyo Sun memanggil Eun Jo dan memberitahunya: “Apa kau tahu ajushi yang tinggal disini adalah ayah dari teman sekelas kita, Dong Soo?” Eun Jo jelas tidak tahu. Dia juga tidak tahu kalau nenek Dong Soo sakit dan ayah Dong Soo selalu kesulitan membayar obat nenek. Eun Jo juga tidak tahu kalau Dae Sung dulu sering memberinya kerja ekstra agar dapat memberi upah yang lebih. Eun Jo mendengar semua perkataan Hyo Sun dengan baik dengan kepala tertunduk. Eun Jo jelas merasa malu. Hyo Sun mengatakan agar Eun Jo tidak lagi menangancam para pekerja agar mereka kembali. Dia akan menyuruh paman untuk menyelesaikan urusan ini. Hyo Sun juga menyarankan agar mereka menjalankan bisnis ini sebaik yang mereka bisa.


Eun Jo meminta Hyo Sun untuk memberitahunya latar belakang tiap pekerja. Dengan informasi itu, Eun Jo berkeliling untuk memberikan hadiah kecil bagi setiap pekerja sesuai dengan informasi yang diberikan Hyo Sun padanya. Eun Jo memerikan hadiah dan membungkuk meminta maaf. Dalam perjalanan pulang, Hyo Sun menanyakan sebuah pertanyaan: apa dirinya bagi Eun Jo? Dia ingin tahu dengan pasti apa pendapat Eun Jo tentang dirinya. Eun Jo memandang Hyo Sun dengan khawatir dan membalikkan pertanyaan itu dengan bertanya apa pendapat Hyo Sun tentang dirinya.

Hyo Sun bertanya dengan takut, “Apa kau akan meninggalkanku?” Eun Jo malah kembali bertanya, “Apa kau khawatir aku akan pergi?” Tapi Hyo Sun menanyakan pertanyaannya lagi. Hyo Sun meminta Eun Jo agar mereka bisa bersikap seperti mereka baik2 saja. Dan meminta Eun Jo untuk tidak meninggalkannya. Hyo Sun: “Aku berharap seseorang akan merengkuhku, tapi ibu sudah berubah dan aku sangat kesepian. Aku pikir kekagetan ibu sangat besar dan segalanya akan membaik seiring perjalanan waktu. Jika aku tidak memikirkan hal itu, aku akan gila!”

Hyo Sun memohon agar hubungannya dengan Eun Jo bisa membaik dan agar mereka tidak bertengkar lagi. Eun Jo tidak langsung mengutarakan keinginannya dan mengatakan dia akan mencoba. Dia menjelaskan bahwa dia tidak berjanji akan bersikap baik pada Hyo Sun tapi paling tidak, dia tidak akan melawan Hyo Sun. Ini membuat Hyo Sun sangat tersentuh dan langsung melingkarkan tangannya pada Eun Jo meski langsung ditepis Eun Jo (tidak dengan kejam).


Ki Hoon pergi ke kuil untuk meminta keselamatan sebab dia merasa terbebani oleh dosanya pada Dae Sung dan kedua putrinya. Biksu meminta Ki Hoon untuk berdoa sambil membungkuk dan dia melakukannya berulang-ulang tanpa kenal lelah. Ketika dia melakukan ini, Ki Hoon mengingat lagi ketika Dae Sung pingsan dimana di dalam ambulans dia meminta Dae Sung untuk tidak mati. Ki Hoon: “Akan tetapi… bahkan pada saat itu, aku datang paling awal. Aku memohon kalau aku tidak akan melakukan perbuatan penuh dosa. Kekhawatirannya bukan pada pria yang telah pergi.”


Dengan perlahan, Dae Sung membuka matanya untuk mengucapkan kata2 terakhirnya. Ki Hoon mengenangnya: “Dan meski begitu – ya Tuhan! – dia bilang kalau itu tidak apa2!” Sekarang Ki Hoon jatuh, penuh dengan keringat dan kelelahan. Dia kesakitan karena berulang-ulang berlutut. Dengan badan gemetaran, Ki Hoon mencakupkan kedua tangannya dan berdoa. Dia bertanya: “Bagimana bisa dia bilang kalau itu tidak apa? Bagaimana?”

Eun Jo dan Hyo Sun menggosok gigi bersama di kamar mandi. Ketika mereka bertabrakan karena mencoba menggunakan kran yang sama, mereka hanya melihat satu sama lain dengan hati2. Eun Jo melihat ke dalam kamar yang dipakai oleh Jung Woo dan Ki Hoon. Karena Jung Woo sudah pergi, dia jelas2 mencari Ki Hoon. Dia terlihat agak kecewa karena ternyata ruangan itu kosong. Pada saat itu, Ki Hoon sedang berjalan pelan pulang ke rumah. Otot2nya bergetar karena berdoa tadi. Dia tersandung dan bersandar pada tembok agar tidak jatuh. Suara berderak di gerbang membuat dia penasaran. Ketika dia menolehkan kepalanya, Eun Jo remaja yang dia lihat. Dia memandang Eun Jo sebagai Eun Jo yang dulu dimana waktu itu Eun Jo menunggu Ki Hoon yang pulang malam dan mabuk.

Kedua orang ini merasakan riak yang sama. Eun Jo melihat Ki Hoon sebagai dia yang dulu yang selalu tersenyum untuknya malam itu. Eun Jo berpikir, “Dia disini. Dia tersenyum.” Dan Ki Hoon berpikir, “Dia keluar!” Ki Hoon ingin sekali tersenyum seperti dulu dan melambaikan tangan. Meski dia tidak bisa melakukan seperti yang dulu, tapi tangannya bergerak seperti ingin melakukan yang sama. Sekarang Ki Hoon hanya berpikir, “Kemarilah!” Tapi Eun Jo tidak bisa mendengar apa yang dipikirkan Ki Hoon dan berbalik akan masuk. Jadi Ki Hoon berkata, “Kemarilah!” dan Eun Jo langsung berhenti. Ki Hoon menggapaikan tangannya ke Eun Jo tapi itu malah membuat dia kehilangan kesemibangan dan tumbang ke tanah. Eun Jo berlari untuk membantu Ki Hoon berdiri meski dengan cepat dia lalu melepskan tangannya.


Ketika mereka meringkuk bersama dan berlutut di tanah, Ki Hoon berkata, “Eun Jo ya.” Eun Jo menangis mendengar kata2 itu. Ki Hoon berkata lagi, “Sekarang aku benar2 tidak bisa menggapaimu. Semuanya telah direncanakan sedemikian rupa jadi aku tidak bisa melakukannya.” Ki Hoon melanjutkan, “Aku memang tidak bisa melakukannya… tapi jika kau mengijinkannya, aku akan menjaga kalian berdua seperti memberi hormat pada kalian ribuan kali sehari. Seperti ajushi. Di tempatnya.” Eun Jo merasa sakit pada pengakuan ini. Suara lembut saat dia bilang, “Aku tidak pernah memintamu untuk datang padaku. Karena aku tidak pernah memintamu untuk datang jadi aku tidak akan bertanya kenapa kau tidak bisa. Aku tidak mengerti kenapa kau ingin bersikap sepertinya (Dae Sung), tapi aku tidak akan bertanya.”

Eun Jo meminta Ki Hoon untuk tidak melakukan itu untuknya tapi untuk Hyo Sun. Eun Jo mengaku kalau dia sudah memutuskan untuk tidak lagi bersikap kejam pada saudarinya, meski itu bukan karena dia peduli padanya. Jadi Eun Jo berkata: “Jika aku memperlakukannya dengan baik, aku mungkin akan mendapatkan maaf, meski hanya sedikit. Jika itu mungkin, aku ingin mencobanya. Aku benar2 ingin dimaafkan.” Ki Hoon berpikir, “Ya, aku juga.” Seperti biasa, Eun Jo menjaga sikapnya sampai dia sendirian di kamarnya dimana dia menangis. Ki Hoon: “Dan pada hari itu, gadis mengerikan itu memangis untuk kita buat yang terakhir kalinya!” Ki Hoon juga menangis di ruangannya.


Kang Sook sama sekali tidak bisa tidur. Perasaannya sangat terganggu. Mungkin itu hanya pikirannya saja tapi Kang Sook berpikir dia punya masalah dengan badannya. Hyo Sun bangun sambil menangis memanggil ayahnya. Dia pergi ke kamar Kang Sook. Dia mendekati ibunya dengan perlahan dan berbaring di sampingnya. Hyo Sun melingkarkan tangannya di perut Kang Sook. Untuk beberapa saat kita bakal berpikir kalau Kang Sook mau menerima itu. Tapi dia menyuruh Hyo Sun untuk menyingkirkan tangannya dan menyebut itu menjijikkan. Mengerti pada penolakan ini, Hyo Sun bangkit dan pergi dari ruangan itu.
Saat sarapan, Eun Jo heran karena ibu hanya menyiapkan meja untuk 3 orang. Dia ketakutan waktu mendengar Hyo Sun diminta untuk makan sendiri. Kang Sook memakai alasan perasaan dukanya jika dia makan satu meja dengan Hyo Sun. Dia membela diri dengan mengatakan kalau Hyo Sun bukan gadis yang kelaparan. Kang Sook hanya tidak ingin makan dengan Hyo Sun. Eun Jo bertanya pada ibunya, “Berapa banyak dosa lagi yang ingin kau perbuat?” Dia juga mengatakan kalau di kehidupan berikutnya Kang Sook bisa saja terlahir sebagai ibu Hyo Sun. Itu adalah hasil dari dosa yang dia perbuat di kehidupan ini.


Eun Jo meninggalkan meja tanpa menyentuh makanannya. Dia menemui Ki Hoon di luar, yang tersenyum untuknya. Eun Jo meminta Ki Hoon untuk menemukan Hyo Sun dan memastikan apakah dia sudah sarapan dan agar membawanya ke gudang anggur. Ketiganya duduk bersama di gudang anggur saat ajumma menyiapkan sarapan untuk mereka. Mereka mendiskusikan masalah bisnis seperti bagaimana mereka akan membayar hutang kepada para tetua. Ki Hoon memerintahkan Hyo Sun untuk bertemu dengan para tetua lagi dan memintanya untuk mengatakan kalau Eun Jo akan menghidupkan kembali pabrik anggur beras Dae Sung.


Dengan keputusan itu, Eun Jo menyarankan agar mereka sarapan. Hyo Sun mengusulkan kalau mereka membuat bibimbap saja. Ketika Ki Hoon bergerak untuk menambahkan lebih banyak gochujang, Eun Jo menghalanginya. Hyo Sun mendorong sendok makan Ki Hoon ke mulutnya lalu beralih untuk menyuapi Eun Jo. Kelihatannya Eun Jo tidak akan memakannya jadi Hyo Sun menjauhkan sendoknya. Tapi Eun Jo malah menarik sendok itu dan memakan bibimbap-nya. Dia bahkan bergerak untuk menyingkirkan makanan dari dagu Hyo Sun meski dia tidak membuat kontak karena perhatian semuanya teralihkan oleh suara pria di luar sana.


Mereka bertiga terlihat kaget sebab suara itu berasal dari para ajushi yang kembali bekerja. Salah satunya memakan permen yang diberikan Eun Jo padanya lalu tersenyum pada Eun Jo. Sebagai balasan, Eun Jo membungkuk padanya. Hyo Sun lebih ekspresif dimana dia berterima kasih pada paman karena ikut berperan dalam meyakinkan para ajushi. Pemimpin pekerja itu mengatakan pada Eun Jo kalau ini bukan karena sogokan Eun Jo. Mereka bukan orang yang gampang dibeli. Mereka kembali karena Eun Jo minta maaf. Eun Jo mengangguk.


Ki Hoon meletakkan tangan di bahu Eun Jo sebagai ucapan selamat. Hyo Sun berbalik dan melihat kejadian ini. Ketimbang membuat kekacauan, dia malah mengumpulkan keberanian lalu tersenyum. Dia mendekati Ki Hoon dan Eun Jo untuk mendiskusikan bisnis – sekarang mereka bisa membuat ragi lagi tapi siapa yang akan memimpin upacaranya?


Ki Jung mengunjungi ayahnya untuk membicarakan sikap kurang ajar Ki Hoon soal perampokan dengan pedagang jepang. Presiden Hong bertanya, “Apa kau pikir kita berada di pihak yang sama?” Ki Jung menjawab kalau Ki Hoon mungkin berpikir dia tidak bisa mengungkapkan kebenaran pada Eun Jo dan Hyo Sun karena dia adalah saudara tiri dari Ki Hoon. Presiden Hong mengisyaratkan kalau Ki Jung pasti punya alasan lain. Ki Jung berkata, “Ayah, kau benar2 jahat!” Ki Jung juga berkata kalau dia merasa sangat menderita ketika ibu Ki Hoon mengejarnya, pingsan, dan mati. Tapi Hong menggunakan itu untuk memprovokasi Ki Hoon? Dengan suara bergetar, Ki Jung berkata pada ayahnya, “Aku menghormatimu. Aku juga akan menjadi jahat. Aku penasaran ingin melihat seberapa jahatnya aku.”

Para pekerja berkumpul untuk berdiskusi siapa yang akan menggantikan Dae Sung dalam ritual nanti. Ki Hoon mengatakan beberapa saran yang kedengarannya sangat diplomatik. Pemimpin pekerja dan paman Hyo Sun mungkin bisa menggantikan peran Dae Sung. Ki Hoon meminta Hyo Sun untuk memilih nama orang yang akan memimpin ritual itu sebab dia adalah orang yang paling pantas memutuskan. Dia diberi waktu sehari untuk memutuskan.

Hyo Sun sudah siap sekarang dan setelah mendapat persetujuan dari semua orang kalau mereka akan mematuhi keputusannya, Hyo Sun menyebut nama Eun Jo. Eun Jo protes dan mengatakan kalau dia tidak berani menggantikan posisi Dae Sung dalam kegiatan paling penting di pabrik. Hyo Sun setuju kalau dia tidak suka bila ada orang yang menggantikan posisi ayahnya, tapi dia berpikir kalau ayahnya pasti ingin agar Eun Jo yang melakukannya. Hyo Sun menambahkan, “Mengatakan ini juga membuatku merasa bersalah, kau tahu – kenapa kau dan bukan aku?” Ki Hoon menyambut baik keputusan itu yang juga diikuti yang lain.
Paman Hyo Sun menunggu cukup lama agar bisa berbicara dengan Eun Jo. Dia berbasa-basi dulu sebelum ke pokok persoalannya. Dia mengingatkan Eun Jo kalau dia juga berperan dalam mengembalikan para pekerja. Tapi Kang Sook terus menekannya agar dia pergi, tapi dia tidak punya tempat tujuan sebab dia tinggal disini seumur hidupnya. Eun Jo tidak tahu ini dan mengatakan kalau paman tidak harus pergi. Ini membuat paman sangat terkejut. Eun Jo berkata kalau dia harus bicara pada ibunya dan dia bahkan menggunakan kata2 yang sangat sopan.


Memasuki rumah, Eun Jo mendengar sesuatu yang pecah dan teriakan ibu. Kang Sook memarahi Hyo Sun, yang berlutut untuk mengambil cangkir yang pecah. Hyo Sun menjelaskan karena ibu sering merasa lemas maka dia membawakan teh untuk ibu. Ketika Hyo Sun memungut pecahan itu, ibu berteriak, “Keluar sekarang juga! Aku tidak tahan melihatmu!” Eun Jo mendelik ke ibunya. Dia lalu menyuruh Hyo Sun berdiri dan mengikutinya keluar. Eun Jo memanggil Ki Hoon agar dia tidak tidur dulu sebab dia memerlukan Ki Hoon untuk menghibur Hyo Sun. Dia menyuruh Ki Hoon untuk menunggu di luar sementara dirinya menenangkan Hyo Sun.


Eun Jo bertanya kenapa Hyo Sun tetap menemui ibu. Hyo Sun menjawab kalau dia merindukan ibu dan ingat bagaimana dulu ibu menepuk kepalanya. “Ibu bersikap seperti itu karena dia kesepian dan aku juga kesepian. Jadi aku pikir akan baik bila bersama-sama, dan meski dia membenci untuk sementara waktu sekarang, aku pikir jika dia tetap melihatku, dia akan mulai memperlakukanku dengan baik.” Eun Jo sudah muak dan bertanya, “Apa kau bodoh?” Dia meminta Hyo Sun untuk menjauhi Kang Sook untuk sementara waktu. Hyo Sun bisa sarapan dengannya di gudang tiap pagi dan pulang telat dan semuanya pasti akan segera membaik.
Tapi Hyo Sun tidak percaya itu, “Apa aku anak2?” Eun Jo kaget dan Hyo Sun bahkan menambahkan kalau dia sudah tahu semuanya bertahun-tahun yang lalu – sikap Kang Sook berbeda kalau tidak ada Dae Sung. Hyo Sun: “Aku tahu, tapi itu tidak jadi masalah… Jika aku menyukainya, itu tidak jadi masalah.” Kata2 itu benar2 menampar Eun Jo, tidak hanya Hyo Sun yang menurutnya bodoh, tapi ucapan Hyo Sun sama dengan ucapan Dae Sung ketika dia mengatakan kalau dia sudah tahu siapa Kang Sook sebenarnya. Hyo Sun menambahkan kalau tidak apa bila segalanya tidak membaik. Tidak apa bila ibu membencinya selamanya. Hyo Sun: “Tidak apa selama kau tidak mengusirku atau kabur dengan ibu. Tanpamu, ibu, dan Jun Su, aku akan sangat kesepian.”

Eun Jo sangat bersedih, dia menangis. Hyo Sun mendekati Eun Jo dan berkata, “Tolong jangan tinggalkan aku!” Selama percapakan ini, Hyo Sun mempertahankan sikap tenangnya – justru Eun Jo yang sangat emisional. Hyo Sun meninggalkan ruangan dengan tenang. Tapi, saat sudah di luar, Hyo Sun mulai terisak dan berlutut di tanah. Eun Jo menemui ibunya dan meminta agar ibu memperlakukan Hyo Sun dengan baik. Eun Jo memohon tapi Kang Sook bahkan tidak memperhatikan dan tidak peduli. Dia berpikir kalau Hyo Sun yang menyuruh Eun Jo melakukan ini.

Eun Jo mengatakan pada ibunya kalau mereka tidak akan menjadi baik seandainya mereka berlutut dihadapan Hyo Sun tiap hari. Dia meminta ibu untuk mengerti, “Hyo Sun adalah ayahnya! Apa kau pikir Dae Sung tidak tahu apa2?” Dae Sung tahu kalau Kang Sook hanya berpura-pura sepanjang waktu – toh, dia tetap mencintai ibu meski ibu adalah orang yang sangat jahat. Sama seperti ayahnya, Hyo Sun juga mengatakan kalau tidak apa bila ibu tidak menyayanginya.


Kang Sook pindah ke tata riasnya dengan tenangnya. Ketika Eun Jo berteriak kalau mereka tidak bisa menemukan orang seperti mereka di dunia ini, Kang Sook menjawab dengan cepat, “Aku tahu, betapa bodohnya mereka!” Eun Jo terisak, “Ibu, kita tidak bisa seperti ini. Jika kita seperti ini, kita bukan manusia! Aku mohon padamu, ubahlah perasaanmu! Jika kita tidak melakukannya, maka kita akan disambar kilat!” Kang Sook berteriak kalau mereka tidak akan disambar kilat – siapa mereka berani menghakimi cara hidup mereka? Ibu bergumam kalau dia sedang merencanakan akan menikahkan Hyo Sun jadi dia bisa disingkirkan.

Kekejaman ibu membuat Eun Jo menderita dan dia mulai menarik semua pakaian ibu dari dalam lemarinya. Mereka hanya membawa kekacauan pada rumah ini jadi mereka harus kabur. Eun Jo: “Kita tidak boleh berada di rumah ini lagi!” Kang Sook menarik tangan Eun Jo dan mengatakan kenapa mereka harus pergi sekarang? Mereka bertiga lebih berharga dari harta Hyo Sun dan mereka akan tinggal serta mengambil apapun yang bisa diambil.

 

Eun Jo berteriak gila2an. Kang Sook mencoba menentramkan anaknya dan memintanya untuk kembali ke akal sehatnya. Eun Jo berjalan keluar ke halaman sambil terisak. Ki Hoon berada di luar seperti yang diperintahkan. Diminta untuk menenangkan Hyo Sun, dia malah berada disini untuk menenangkan Eun Jo.



Ki Hoon bertanya apa yang terjadi. Diantara isakannya, Eun Jo meminta Ki Hoon untuk membawanya ke tempat yang jauh jadi dia bisa kabur. Tidak apa bila dia tidak mendapatkan maaf dari Hyo Sun. Tidak – maaf itu jauh sekali, “Jadi ayo kabur. Kaburlah bersamaku!”